27 Januari – Hari Kusta Sedunia: Menghapus Stigma dan Merawat Kepedulian
Sejarah Hari Kusta Sedunia
Setiap tahun, pada 27 Januari, diperingati Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day. Peringatan ini pertama kali dicetuskan oleh Raoul Follereau, seorang aktivis kemanusiaan asal Prancis, pada tahun 1954. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian global terhadap penderita kusta sekaligus melawan diskriminasi yang masih sering dialami mereka.
Kusta, atau yang dikenal sebagai Morbus Hansen, adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Meski bisa disembuhkan, stigma sosial terhadap kusta masih menjadi masalah besar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Mengapa Hari Kusta Sedunia Diperingati?
Peringatan ini memiliki makna penting bagi dunia kesehatan dan kemanusiaan. Beberapa alasan utamanya antara lain:
-
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kusta, gejala, dan cara pengobatannya.
-
Melawan stigma dan diskriminasi yang membuat penderita kusta sering terisolasi dari masyarakat.
-
Mengajak semua pihak untuk mendukung program pengendalian dan pemberantasan kusta.
-
Memberikan dukungan moral kepada orang yang sedang menjalani pengobatan agar tidak merasa sendirian.
Kusta di Indonesia
Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus kusta yang cukup tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, setiap tahun ditemukan ribuan kasus baru. Sebagian besar pasien kusta berasal dari daerah dengan akses kesehatan terbatas.
Tantangan utama bukan hanya pada aspek medis, melainkan juga pada stigma sosial. Banyak penderita kusta yang mengalami diskriminasi di sekolah, lingkungan kerja, bahkan keluarga. Padahal, kusta tidak menular dengan mudah dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.
Gejala dan Pengobatan Kusta
Masyarakat perlu memahami gejala awal kusta agar dapat segera mencari pengobatan. Gejala yang sering muncul antara lain:
-
Bercak pada kulit yang mati rasa dan tidak gatal.
-
Kulit kering atau mengkilap di area tertentu.
-
Mati rasa pada tangan atau kaki.
-
Lemah otot, terutama di jari dan kaki.
Pengobatan kusta dapat dilakukan dengan Multi Drug Therapy (MDT), yaitu kombinasi antibiotik yang diberikan secara gratis di puskesmas. Jika diobati sejak dini, penderita kusta bisa sembuh total tanpa mengalami kecacatan.
Stigma Sosial: Tantangan Besar Pemberantasan Kusta
Meski secara medis kusta bisa disembuhkan, banyak orang masih memandang penyakit ini dengan rasa takut berlebihan. Penderita kusta seringkali mengalami penolakan sosial yang membuat mereka semakin terpuruk.
Beberapa bentuk stigma yang sering terjadi:
-
Anak penderita kusta sulit diterima di sekolah.
-
Pasien kusta kehilangan pekerjaan karena diskriminasi.
-
Penderita dijauhi masyarakat karena dianggap berbahaya.
Inilah alasan mengapa Hari Kusta Sedunia begitu penting. Selain fokus pada pengobatan, masyarakat juga diajak untuk menghapus stigma dan memberikan kesempatan yang sama kepada para penyintas kusta.
Peran Masyarakat dalam Menghapus Stigma
Menghapus stigma bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Masyarakat bisa berperan dengan cara:
-
Mencari informasi yang benar tentang kusta agar tidak salah persepsi.
-
Memberikan dukungan moral kepada penderita maupun keluarganya.
-
Tidak mendiskriminasi pasien yang sedang menjalani pengobatan.
-
Mengikuti kampanye kesehatan tentang pencegahan dan penanganan kusta.
-
Mendorong lingkungan kerja dan sekolah untuk lebih inklusif terhadap penyintas kusta.
Tema Hari Kusta Sedunia
Setiap tahun, World Health Organization (WHO) bersama berbagai lembaga kesehatan internasional mengusung tema khusus untuk memperingati Hari Kusta Sedunia. Tema ini biasanya menekankan pentingnya kesetaraan hak, akses kesehatan yang inklusif, serta penghapusan stigma terhadap penderita kusta.
Di Indonesia sendiri, tema Hari Kusta Nasional seringkali terkait dengan program Indonesia Bebas Kusta yang menargetkan penurunan kasus baru dan peningkatan kualitas hidup penyintas.
Makna Hari Kusta Sedunia Bagi Kita
Bagi bangsa Indonesia, memperingati Hari Kusta Sedunia berarti:
-
Mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah hak semua orang tanpa terkecuali.
-
Mengajak masyarakat untuk bersatu dalam menghapus diskriminasi.
-
Menyadarkan bahwa kusta adalah penyakit medis, bukan kutukan atau aib.
-
Mendorong generasi muda untuk lebih peduli pada isu kesehatan global.
Kesimpulan
Tanggal 27 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia, sebuah momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kusta bisa diobati dan penyintas berhak mendapatkan kehidupan yang layak. Melalui peringatan ini, kita diajak untuk melawan stigma, mendukung penyintas, serta memperkuat akses layanan kesehatan.
Mari kita jadikan Hari Kusta Sedunia sebagai ajakan nyata untuk lebih peduli, lebih inklusif, dan lebih manusiawi. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama mewujudkan masyarakat yang sehat, adil, dan bebas diskriminasi.
#HariKustaSedunia #27Januari #StopStigmaKusta #IndonesiaBebasKusta #KustaBisaDisembuhkan #PeduliPenyintasKusta #KesehatanUntukSemua #NoMoreDiscrimination #WorldLeprosyDay #SehatTanpaStigma

Posting Komentar